Riwanua memiliki sebuah ruang tengah yang bisa difungsikan untuk banyak hal, salah satunya untuk pemutaran film dengan perangkat yang dirancang semi permanen, berkapasitas maksimal untuk 40 orang, dengan layar rasio 16:9, proyektor yang bisa memutar file HDR 4K dan tata suara stereo. Agenda pemutaran bisa bersifat dadakan maupun berkala. Riwanua juga terbuka untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang relevan dalam program ini.

Riwanua has a multifunction space in the living room, including to screen films, with a semi permanent set-up of 16:9 screen, HDR 4K projector, and stereo sound system, with a maximum capacity of 40 people. The screening schedule  is sometimes spontaneous and sometimes programmed. It also opens to share the venues with relevant events and relevant organisations or initiatives who want to run screening program.

riwanua_screening_0
riwanua_screening_1
riwanua_screening_2
riwanua_screening_3
smashing monuments_makassar

Dalam karya ini, Sebastián Díaz Morales mengikuti lima orang yang bercakap-cakap dengan lima monumen di Jakarta. Menyaksikan karakter-karakter yang kadang lucu dalam karya ini, para penonton tidak hanya belajar kisah monumen yang mereka ajak bercakap, tapi juga mengenai sejarah Indonesia, terutama tentang perjuangan mengusir penjajah, dan juga tentunya, kisah personal kelima karakter tersebut yang lahir dan tumbuh di tengah republik yang mampu merdeka dari penjajahan.

Sebastián Díaz Morales adalah seniman yang sudah membuat sekitar 40 lebih karya (termasuk sejumlah karya tentang Jakarta). Ia berasal dari Comodoro Rivadavia, Argentina dan saat ini tinggal serta bekerja di Amsterdam. Ia menempuh pendidikan di Universidad del Cine de Antin, Argentina; Rijksakademie van Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda; dan Le Fresnoy, Roubaix, Perancis. Karya-karyanya telah dipamerkan di sejumlah institusi dan peristiwa seni terkemuka, antara lain: Tate Modern, London; Centre Pompidou, Paris; Stedelijk Museum dan De Appel, Amsterdam; Le Fresnoy, Roubaix; CAC, Vilnius; Art in General, New York City; Ludwig Museum, Budapest; Biennale Sao Pablo; Biennale of Sydney; Miro Foundation, Barcelona; MUDAM, Luxemburg; Calouste Gulbenkian Foundation, Lisbon; the Biennale di Venezia; Decompression #10, ruangrupa, Jakarta; documenta fifteen, Kassel, Germany.

TR+R21_1 copy

Tokyo Reels
Kumpulan arsip dalam format film 16mm sebanyak 20 judul yang diproduksi antara tahun 1964-1983. Karya-karya ini dibuat oleh sejumlah sutradara dari Tanah Arab (termasuk Palestina), Jepang dan Amerika. Selama lebih 30 tahun di pinggiran kota Tokyo, arsip ini disimpan oleh pihak yang dulu adalah bagian dari suatu gerakan solidaritas terhadap Palestina di Jepang yang sudah bubar. Pada 2017, Subversive Film, kolektif film berbasis di Ramallah, Palestina dan Brussel, Belgia yang didirikan dan dijalankan oleh Mohanad Yaqubi dan Reem Shilleh, menerima arsip “yang hilang ini” dari pihak yang menjaganya, dengan harapan untuk direstorasi, didigitasi, dipresentasikan dan dikaji lebih jauh.

Palestine: The Path To Tragedy, (Don Catchlove, 21 min, 1970)
Blow by The wind (Jack Madvo, 18 min, 1971)
Beyond the War (Sameer R. Hissen, 29 min, 1977)
Palestine to Japan (T. Maki, 20 min, 1979)                                                                                      The Urgent Call (Ismail Shammout, 6 min, 1973)
The Field (Sabih Al-Zuhairi, 11 min,  1977)
Land Day (Ghaleb Shaath, 50 min, 1983)

 

R21 a.k.a. Restoring Solidarity (Mohanad Yaqubi, 71 min, 2023)

Film dokumenter baru ini bisa dilihat sebagai kesimpulan ataupun epilog dari Tokyo Reels. Dari film ini kita akan mendapatkan gambaran riwayat segepok arsip dan bagaimana ia dijahit lalu dihadirkan kembali untuk merawat kepekaan kita terhadap kemanusiaan.

Subversive Film is a cinema research and production collective that aims to cast new light upon historic works related to Palestine and the region, to engender support for film preservation, and to investigate archival practices. Their long-term and ongoing projects explore this cine-historic field including digitally reissuing previously overlooked films, curating rare film screening cycles, subtitling rediscovered films, producing publications, and devising other forms of interventions. Formed in 2011, Subversive Film is based between Ramallah and elsewhere.