Bersama:
Hilmar Farid (sejarawan)
Besse Puspita Syarif (pegiat Riwanua)
Fathul Karimul Khair (pegiat Riwanua)

Jumat, 26 Januari 2024
14:00 WITA – selesai

di Riwanua
Kompleks Perumahan Dosen Unhas, Tamalanrea, Blok H14
Makassar, Sulawesi Selatan

Pasang Surut adalah salah satu wahana percakapan di Riwanua yang terjadi sekali dalam dua minggu dan membahas beragam literatur tentang Indonesia dan dunia, baik fiksi maupun non-fiksi. Pada Pasang Surut: Edisi Khusus ini, Riwanua meluncurkan dan membahas Perang Suara dan Bahasa Politik Pergerakan karya sejarawan sekaligus Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu baru-baru ini.

———

Dalam Perang Suara dan Politik Pergerakan dibahas tentang bahasa bukanlah sekadar alat penyampai gagasan yang statis. Lebih dari itu, bahasa adalah medan perang bagi gagasan-gagasan. Pertentangan antara kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat dapat dilihat pada kemunculan, perkembangan hingga hilangnya kosakata tertentu. Di Hindia Belanda abad XX, pertentangan ini mendapat panggung pada surat kabar. Pergolakan sosial dan perkembangan dunia cetak-mencetak akibat kapitalisme menjadi landasan rakyat bumiputra untuk bersuara lewat tulisan. Kekuasaan kolonial pun bereaksi dengan bersenjatakan bahasa.

Buku ini menguraikan hubungan antara bahasa, ideologi dan hegemoni politik pada masa pergerakan. Cara rakyat mengartikan persoalan sosial dan posisi mereka sendiri dalam berhadapan dengan persoalan tersebut serta bagaimana sebenarnya gagasan digerakkan di dalam kenyataan dan hubungannya dengan perkembangan politik dijelaskan di dalam buku ini.