Mengalami Timur_II_Nana Saleh

Nana Saleh PhD – SAINS45 dan Pertanyaan Mendasar Tentang Masa Depan Kita

Rekaman Audio Mengalami Timur II

“Kodrat umat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua, pribadi dan bangsa-bangsa akan tumbang tanpa itu. Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan.”

– Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Kita tahu, kemerdekaan Indonesia dimungkinkan dari adanya intelektual-intelektual yang terus berupaya melepaskan jerat kolonialisme dari bangsa kita. Dengan berbagai cara, berdarah-darah mereka belajar dan bertindak memperjuangkan kebudayaan bangsa kita hingga kita dapat menjalani Indonesia pada hari ini. Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus mesti melanjutkannya: Mengembangkan budaya dan bangsa kita dengan belajar dan bertindak, menguasai ilmu pengetahuan, merawat tinggi kebudayaan bangsa. Kelindan dengan pesan Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia.

Dalam karya-karya Pramoedya, termasuk Bumi Manusia, tentu kita tidak akan menemukan semacam tata cara atau instruksi teknis untuk mendirikan dan memajukan Indonesia. Namun, dari Pramoedya kita dapat menggarisbawahi satu hal penting: Kita sebagai bangsa perlu menghargai ilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi, kita mesti menjadikan ilmu pengetahuan sebagai basis peradaban kita. Pramoedya, dalam kutipan di atas, semacam berpesan agar kita sebagai bangsa menguasai ilmu pengetahuan agar tidak hilang ditelan zaman. Dari situ kita dapat melanjutkan pendirian Indonesia Merdeka.

Tentu kita tahu, selama 70 tahun lebih Indonesia merdeka, telah banyak yang kita capai sebagai bangsa. Namun, di samping itu, tidak sedikit juga tujuan ideal pendirian bangsa yang belum terwujud. Tantangan-tantangan yang kita hadapi sebagai manusia juga semakin kompleks. Hari-hari ini, kita juga tahu bahwa sebagai manusia kita tidak bisa melepaskan diri dari sains dan teknologi. Dengan demikian, wajar kiranya apabila kita memberikan peran pada ilmu pengetahuan untuk Indonesia di masa kini dan kemudian.

SAINS45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan—selanjutnya disingkat SAINS45—adalah hasil belajar para ilmuwan muda kita dalam rangka satu abad kemerdekaan Indonesia pada 2045 mendatang. SAINS45 hadir menyambut persoalan di atas, persoalan yang dirumuskan dengan pertanyaan, “bagaimana kita mengokohkan cahaya ilmu pengetahuan sebagai landasan peradaban Indonesia?” Dalam Mengalami Timur II ini, SAINS45 dan persoalan yang dibahasnya menjadi tema kita.

Namun, sebelum masuk membahas isi buku, perlu kiranya kita melihat kerja di balik kehadiran SAINS45. Tentang bagaimana permulaan dari proses kerja kreatifnya hingga akhirnya buku ini dapat hadir, kita baca, dan diskusikan dalam Mengalami Timur II ini. Untuk itu, mari kita tengok.

AIPI dan Proses ‘Penciptaan’ SAINS45

Pada tahun 2014-15, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengumpulkan sejumlah ilmuwan muda Indonesia untuk diberi kesempatan membuat suatu Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia; memikirkan kembali pertanyaan mendasar bagi bangsa Indonesia. Para ilmuwan muda yang dikumpulkan oleh akademi independen—yang juga turut didirikan oleh Prof. B.J. Habibi—ini terjaring melalui pertemuan tahunan bernama Frontiers of Sciences AIPI sejak tahun 2010 hingga 2015. Melalui pertemuan-pertemuan itu AIPI memiliki lebih dari 230 orang total alumni ilmuwan muda. Demikian, AIPI merupakan tempat berkumpul bagi ilmuan-ilmuan terkemuka yang telah berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan—lebih tepatnya, dikumpulkan dengan dipilih berdasarkan nominasi.

SAINS45 disusun oleh Komite Studi yang terdiri dari 17 ilmuwan terpilih—dari alumni Frontiers of Sciences AIPI (2010-2015), berumur di bawah 45 tahun, memiliki keunggulan ilmiah seusai menyelesaikan program doktor, aktif meneliti dan mempublikasi hasilnya. Mereka bekerja keras dalam menyusun rencana awal, mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan awal dalam pertemuan-pertemuan ilmuwan muda, merumuskan delapan pengkategorian, juga melakukan pertemuan di setiap bulannya agar konsep awal terus berkembang.

Selama dua tahun pengerjaan, 2015-16, Komite Sudi dibantu oleh inspirasi 160 ilmuwan muda lainnya yang juga merupakan alumni Frontiers of Sciences AIPI. Sebagian dari mereka bersumbangsih langsung pada konten buku dalam forum-forum, sementara sebagian lainnya bersumbangsih dalam ulasan internal (internal review) dan proses peer review. Mutu ilmiah SAINS45 dijamin oleh Tim Monitor.

Setelah pertanyaan-pertanyaan dan gagasan-gagasan terkumpulkan, Komite Studi kemudian menyusunnya ke dalam bentuk tulisan. Proses penulisan yang dikerjakan Komite Studi turut dibantu Tempo Institut dalam kerja penyuntingan. Sementara Kompas membantu dalam penyediaan ilustrasi. Sehingga SAINS45 disajikan dalam bentuk karya ilmiah populer yang dapat dibaca siapa saja kendati pada dasarnya buku ini adalah karya akademik dan merupakan laporan konsensus.

Sebagai laporan konsensus, SAINS45 tentu bukanlah gagasan individual, melainkan gagasan kolektif dari 100 lebih ilmuwan muda Indonesia. Kontennya merupakan kesepakatan dari banyak ilmuwan muda. Dalam mengumpulkan gagasan dan menyatukan kesepakatan, SAINS45 lebih dahulu diterbitkan pada Mei 2015 dalam Edisi Konsultasi. Dalam edisi inilah gagasan-gagasan di dalamnya disampaikan, dibicarakan, dan dielaborasi lebih lanjut, melalui berbagai pertemuan bersama komunitas-komunitas akademik. Dari pertemuan-pertemuan itu Komite Studi menghasilkan draf pertama untuk kemudian melakukan ulasan internal. Setelah itu, hasilnya kemudian dibahas lagi bersama ilmuwan-ilmuwan dari berbagai universitas dan bidang serta pengambil kebijakan. Akhirnya, pada tahun 2016, terciptalah Edisi Final SAINS45.

‘Arsitektur’ SAINS45

SAINS45 terdiri dari 8 gugus pertanyaan: I. Identitas, Keragaman, dan Budaya; II. Kepulauan, Kelautan, dan Sumber Daya Hayati; III. Kehidupan, Kesehatan, dan Nutrisi; IV. Air, Pangan, dan Energi; V. Bumi, Iklim, dan Alam Semesta; VI. Bencana dan Ketahanan Masyarakat terhadap Bencana; VII. Material dan Sains Komputasi; serta VIII. Ekonomi, Masyarakat, dan Tata Kelola. Kedelapan gugus pertanyaan ini terhubung satu sama lain. Keterhubungan ini menyimbolkan bahwa untuk menghadapi dan menjawab tantangan-tantangan yang ada, kita memerlukan kerja sama lintas disiplin keilmuan.

Kali ini, kita hanya akan mendiskusikan beberapa pertanyaan dari dua di antara delapan gugus pertanyaan. Kita hanya akan mendiskusikan gugus pertanyaan pertama dan kedua. Kita mulai dari yang pertama. Mengenai identitas, keragaman, dan budaya.

Pertanyaan pertama dalam gugus ini adalah “apa yang menjadikan Indonesia “Indonesia?” Pertanyaan ini kemudian disusul dengan dua pertanyaan yang selalu relevan untuk dibicarakan, “apa itu Indonesia?” dan “mengapa kita merasa sebagai bangsa Indonesia?”. Pertanyaan-pertanyaan ini penting sebab dengan memahami identitas ke-Indonesia-an, kita bisa menjadikannya sebagai pijakan dalam menentukan masa depan bangsa kita. Identitas memanusiakan manusia Indonesia ini bisa digali dengan secara sistematis dan empiris untuk memahami kepercayaan, nilai, pikiran, karakter, dan perilaku manusia Indonesia. Sebaliknya, kegagalan dalam mengenali diri dapat menimbulkan berbagai masalah seperti potensi konflik sosial, disintegrasi, dan sebagainya.

Lebih dari itu, aspek genetis juga menjadi penting di sini. Jangan lupa bahwa manusia Indonesia itu sangat beragam. Karenanya, aspek genetis harus diikutsertakan. Pertanyaan yang muncul adalah “bagaimana genetika manusia Indonesia?”. Pada level mikro, kita perlu memahami karakter psikologis dan budaya Indonesia. Sementara pada level makro atau secara kolektif, kita perlu mengidentifikasi narasi Indonesia.

Di samping itu, highlight dari pertanyaan ini adalah pada usaha mendigitalisasi budaya. Kita tahu bahwa banyak dari kita adalah penggerak kebudayaan, baik itu budaya tulis, visual, atau lisan. Dalam kerja-kerja kita, kita perlu terus menggalakkan dan mengaplikasikan digitalisasi dalam berbagai bidang, termasuk dalam pengelolaan sumber daya hayati, kesehatan, ketahanan pangan, hingga mitigasi bencana yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan model-model dinamika untuk memahami dinamika narasi dan budaya ke-Indonesia-an serta syarat kita melakukan hubungan sosial. Ini adalah modal untuk bangsa yang besar.

Mengenai arsitektur sains yang terus berubah. Perlu ditekankan bahwa ‘arsitektur’ yang dibicarakan di sini bukan tentang ilmu arsitek atau bangunan, melainkan tentang arsitektur ilmu pengetahuan dunia. Kita berbicara tentang spesialisasi dan spesifikasi disiplin ilmu yang semakin kesini semakin menyempit. Namun, sementara arsitektur sains berkembang sangat pesat, penelitian dasar malah dianggap tidak krusial. Kita sibuk menentukan yang akan kita capai terutama dalam kemajuan ekonomi, tapi kita melupakan bahwa dasar yang dapat menjelaskannya, ilmu pengetahuan, sangat terpinggirkan. Seolah-olah kita dapat memajukan Indonesia dengan melompat tanpa keterampilan dan budaya ilmiah dalam pengertian dasar. Sementara arsitektur sains global terus berubah dan berevolusi meninggalkan Indonesia yang tidak bersiap.

Mengenai kelautan, kepulauan, dan sumber daya hayati. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki megabiodiversitas luar biasa, bersaing dengan Brazil. 11% spesies makhluk hidup di dunia berada di Indonesia. Bahkan kalau lautan dan daratan Indonesia digabung, Indonesia menempati posisi pertama di dunia. Tidak heran jika bumi nusantara telah menginspirasi para naturalis kesohor. Alfred Russel Wallace, misalnya, datang ke nusantara pada sekitar 150 tahun lalu. Dari penelitiannya di nusantara lah ia meletakkan dasar dari dua teori besar dunia, yaitu teori evolusi dan biogeografi.

Tidak jarang kita merasa bangga dengan kekayaan bumi nusantara kita. Namun, pada waktu yang sama ancaman besar terus menghantui apa yang kita banggakan itu: kerusakan lingkungan terus terjadi. Untuk itu kita perlu memahami dan memanfaatkan dengan baik kerumitan dari biodiversitas yang ada. Kita perlu menyelaraskan pembangunan kita dengan alam.

Selain dari yang kita diskusikan ini, masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mendasar penting yang dibahas dalam SAINS45. Tentu kita tidak mungkin mendiskusikan semuanya di sini.

Sebagai basis peradaban, sains bersifat multidimensi. Perlu ditekankan bahwa terdapat tiga karakter sains. Pertama, sains secara pragmatis, sains sebagai metode atau alat untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan kehidupan kita. Dalam pengertian karakter pertama ini, sains juga berarti sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan sosial. Kedua, sains sebagai kerangka berpikir. Karakter kedua ini bertujuan untuk mengangkat derajat dan kapabilitas manusia melalui pendidikan. Terakhir, ketiga, yang tidak kalah penting, sains sebagai budaya. Sains sebagai budaya berarti sains yang memberikan landasan nilai bagi peradaban manusia. Dalam karakter ketiga ini, perangai ilmiah dan budaya unggul bagi seluruh warga negara sangat lah penting.

Menyongsong Masa Depan Indonesia

Harapannya, SAINS45 dapat memberi dampak besar dalam menjawab tantangan-tantangan di atas sekaligus dapat memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia dan dunia. Kita berharap kedepannya masyarakat secara umum juga dapat berkontribusi terhadap pencapaian cita-cita bangsa pada satu abad kemerdekaan di tahun 2045.

Seperti yang telah kita diskusikan bersama, ilmu pengetahuan terus mengalami perubahan. Oleh karena itu, gagasan-gagasan dalam SAINS45, tentu saja, juga mesti diperbaharui secara terus-menerus. SAINS45 dimaksudkan sebagai dokumen hidup yang akan terus diperbaharui sesuai perkembangan tantangan yang dihadapi Indonesia. Buku ini diharapkan menjadi sumber inspirasi jangka panjang, sesuatu yang visioner bagi komunitas ilmiah dan publik pada umumnya.

Di samping itu, kita menyadari, bahwa kita tidak mungkin bisa menghadapi tantangan-tantangan yang ada seorang diri dengan berbekal hanya pada satu disiplin ilmu. Kita perlu terus menggalakkan kajian lintas disiplin ilmu agar dapat menghadapi tantangan-tangan yang ada, menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar demi mencapai ideal-ideal yang hingga kini belum kita capai. Poin pentingnya adalah, kita mesti menguasai ilmu pengetahuan.

***

SAINS45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan dapat diunduh dalam bentuk Edisi Final, Edisi Konsultasi, dan atau Edisi berbahasa Inggris.