Cerita dan proses di balik meja kerja ilmuwan seringkali mendapatkan porsi yang jauh kecil ketimbang hasil kerja yang dibicarakan dan dipublikasikan dalam berbagai media. Bagaimana seorang ilmuwan memulai ketertarikannya terhadap bidang ilmu tertentu? Situasi dan kondisi apa yang mendorongnya untuk mendalami bidang keilmuan tersebut? Bagaimana mereka membayangkan bidang ilmu yang mereka geluti di masa depan? Begitulah sejumlah pertanyaan yang akan digali dalam program ini.

dibalikpanggung

Program pertama dalam Di Balik Panggung Penelliti ini mengajak dua peneliti untuk berbagi kisah “di balik panggung” penelitian yang pernah dan sedang mereka lakukan. Kita akan menyimak cerita Arianna Mercado yang meneliti tentang jaringan informal inisiatif seni di Asia Tenggara. Sementara itu, Putra Hidayatullah akan menyajikan cerita bagaimana praktik yang ia lakukan sebagai seorang peneliti dan akademisi berkaitan dengan praktik seni kontemporer. Ariana Mercado adalah pekerja kebudayaan asal Manila dan saat ini tinggal di London. Ia meraih gelar Master of Fine Art in Curating dari Goldsmiths, University of London. Putra Hidayatullah adalah penulis asal Banda Aceh. Ia menyelesaikan program master di bidang Contemporary Art and Art Theory of Asia and Africa di SOAS, University of London.

Arsip audio visual percakapan ini bisa diakses pada tautan ini.

Di Balik Panggung Peneliti II

As a part of Riwanua’s Easy Launching, we invite our friend Basran Burhan, a young archeologist and also part of the team that discovered the world’s oldest 44,500-year-old cave painting in Leang Tedonge, Maros, South Sulawesi, Indonesia. From him, we will hear stories and experiences of how he began studying and working as an archeologist until he was involved in a research project and found something that changed the world’s understanding and knowledge of human evolution. Basran Burhan was born in 1985 and raised in Bulukumba, South Sulawesi. In 2003 he studied at the Department of Archeology, Faculty of Letters (now Faculty of Cultural Sciences), Universitas Hasanuddin. When he was a student, he was frequently involved in research projects organized by Balai Arkeologi and Balai Pelestarian Cagar Budaya, Sulawesi Selatan. In 2012 he was also involved in conducting research in Lembah Soa and Liang Bua-Flores, the site of the discovery of Homo Floresiensis, “The Hobbit”. Since 2011 until now he has been involved in a research project in Maros-Pangkep with the topic “In Search of Celebes Man in Sulawesi”. His research has been published in several journals: Proceedings of the National Academy of Sciences (2017), Plos One (2018), Science Advances (2021), Nature (2021). Now, Basran is a PhD candidate in archeology at the Australian Research Center for Human Evolution (ARCHE), Griffith University, Brisbane, Australia.

dibalik2022

Dalam sesi kali ini, kita akan mendengar cerita dari dua ilmuwan yang yang selama berpuluh tahun bekerja secara konsisten di jalur keilmuan masing-masing. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA merupakan ilmuwan yang mendalami kajian dan tafsir Al-Quran. Karya monumentalnya antara lain, Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur’an. Hilmar Farid Ph.D adalah sejarawan. Karyanya antara lain Arus Balik Kebudayaan: Sejarah Sebagai Kritik.