Memulai sebuah inisiatif dalam berbagai hal, termasuk di bidang seni dan budaya tampaknya selalu mudah. Tapi dalam menjalankan, merawat, menjaga dan membuatnya untuk bertahan hidup tentunya lain cerita. Tidak semudah hanya dengan memiliki izin sebagai institusi formal yang resmi berdiri dan diakui oleh negara. Atau tampak idealis dan punya banyak rencana di atas kertas. Ada banyak yang beredar kisah sukses, begitupun cerita bubar jalan inisiatif-inisiatif yang gagal bertahan di tengah terpaan krisis, terutama krisis finansial.

Belajar dari pengalaman para pelaku inisiatif di bidang seni budaya yang sudah bertahan cukup lama, Riwanua ingin belajar tentang pengelolaan dan pembiayaan proyek dan kerja-kerja kreatif, pengaturan lalu lintas dana yang efektif bagi keberlangsungan, dan siasat serta strategi agar logika kerja tetap bisa sejalan dengan logistik yang tersedia.

Riwanua2_E2

Sesi ini mengundang Daniella Praptono a.k.a. Kunil, seorang ibu dari tiga anak dan seorang seniman yang fokus pada isu anak-anak dan perempuan. Selain mengelola lokakarya reguler untuk perempuan perkotaan dan mengajar Pengenalan Seni untuk Anak di Gudskul, ia juga mengelola urusan keuangan ruangrupa. Pada 2010, ia mendirikan rurukids, sebuah program seni sepulang sekolah yang menargetkan anak-anak dan pendidik—orang tua, guru, dan anggota masyarakat—melalui diskusi, lokakarya, dan kelas terbuka. Kunil lulus dari Institut Seni Jakarta pada 1998, jurusan seni grafis, ia terus bekerja sebagai ilustrator buku untuk anak-anak dan remaja. Antara 2004-2013, ia mengajar seni untuk siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah menggunakan kurikulum IB dan Cambridge. Saat ini ia sedang menyelesaikan buku cerita bergambar

Dari Kunil, kita akan mendengarkan cerita serta pengalaman bagaimana bekerja sebagai seniman sembari mengurusi printilan dan detil keluar masuknya dana di inisiatif atau organisasi yang mengusung kerja-kerja kreatif.

riwanua_gttk_zoom