Lady Admiral

Bhoy Kherang adalah seorang pejuang perempuan dari Banda Naira, Maluku. Kisah tentangnya memiliki banyak versi yang sumbernya dari tradisi lisan, mitos, hingga buku sejarah. Dalam salah satu buku sejarah disebutkan bahwa sosok tangguh ini adalah putri Raja Lautaka yang terlibat dalam sejumlah pertempuran di Naira melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Laksamana Verhoeven pada 1609. Bhoy Kherang memainkan peranan yang begitu penting dalam peperangan tersebut, sehingga ia disebut Lady Admiral. Kepahlawanan Bhoy Kherang diabadikan dalam salah satu “Ritual Perahu Banda Belang” melalui gerakan “somba”, sebuah penghormatan terhadap makamnya yang kini berada di bukit Lautaka, Banda Naira.

Pameran instalasi multimedia Lady Admiral yang terdiri atas: obyek, foto, video dokumentasi serta lagu yang ditulis dan dibawakan bersama-sama oleh para partisipan, memaparkan kisah Bhoy Kherang dan menjadi rangkaian dari proyek ‘Cerita Nona Banda’. Proyek jangka panjang ini adalah hasil kerjasama seniman visual interdisipliner dari Belanda, dengan musisi, periset independen, akademisi, serta mahasiswa dari timur Indonesia.

Bhoy Kherang is a female warrior from Banda Naira, Molucca. However, the information about this female warrior is almost lost and varies by sources. One of the sources, from a history book, provides information about Bhoy Kherang, that she was the daughter of King Lautaka and she was involved in numerous wars against the Dutch. Her role during the war was so significant, that she was named “Lady Admiral”. The heroic story of Bhoy Kherang is then enshrined in one of the “Ritual of the Banda Belang Boat” through the “somba” as a tribute to her grave which is now on the hill of Lautaka in Banda Naira.

This Lady Admiral multimedia installation consists of objects, photos, video documentation, and song written and conducted  by the participants, all of which tell the stories of Bhoy Kherang and part of interdisciplinary art project ‘Cerita Nona Banda’ which means in English ‘Banda Women Stories’ that was initiated by Juul Sadée in 2019. This long-term project is realized by interdisciplinary visual artist from Netherland, with musician, independent researcher, academic, and students from the eastern part of Indonesia.