Lontara' 3

Sebagai bagian dari Peluncuran Santai Riwanua, program Belajar Dari Tetangga ini digelar dengan mengundang salah satu tetangga kami di Perumdos Unhas Tamalanrea untuk memaparkan Lontara’. Program ini akan disampaikan dalam Bahasa Indonesia dengan penerjemahan langsung Bahasa Inggris.
– – –

“Polena pelele winru, tanra kutuju mata, padana sulisa, ” demikian sebuah kalimat yang tertulis dengan aksara lontara di tanggul kanal bagian belakang perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde), di Leiden, Belanda, yang berarti, “Telah aku jelajahi dunia ini, dan belum aku temukan kebijaksanaan yang sepadan dengan ini”. Mungkin karena naskah lontara’ I La Galigo, epos terpanjang di dunia yang ditulis menggunakan aksara lontara’ diarsipkan di perpustakaan tersebut sehingga kalimat itu bisa ada di sana.

Aksara lontara’ memainkan peranan penting bagi dinamika sejarah, sosial, politik, dan budaya di Sulawesi Selatan. Aksara lontara’ digunakan oleh sebagian besar suku bangsa di Sulawesi Selatan sejak awal abad ke-16 untuk merekam pengetahuan, kearifan, cerita tentang asal usul, silsilah, hingga teknik pertanian. Mempelajari lontara, dengan demikian, dapat menjadi pintu masuk untuk mendalami kajian-kajian tentang masyarakat Sulawesi Selatan.
– – –
Dr. A. M. Akhmar, adalah filolog yang mendalami naskah-naskah kuno Bugis-Makassar selama bertahun-tahun, dan dosen Fakultas Ilmu Budaya, Unhas. Bukunya Islamisasi Bugis: Kajian Sastra Atas La Galigo Versi Bottinna I La Déwata Sibawa I Wé Attaweq, diterbitkan oleh YOI dengan dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud pada 2018.

*Pertemuan ini adalah pengantar awal, akan diadakan pertemuan-pertemuan selanjutnya bagi yang berminat untuk mempelajari lontara’ di tingkat lanjut.