Hilmar Farid – Indonesia Timur Dalam Lintasan Sejarah
Rekaman Audio Indonesia Timur Dalam Lintasan Sejarah
Dalam pidato kebudayaannya 2014 lalu, Hilmar Farid sempat menyinggung soal dampak runtuhnya kerajaan Gowa-Tallo terhadap struktur geopolitik kolonialisme di nusantara.
Sejarah Kawasan
Apa yang membentuk sebuah Kawasan?
Apa yang kita maksud dengan Kawasan timur Indonesia? pertanyaan geografi sejarah.
Geografi selalu bersifat sosial-historis. Indonesia Timur pasti memiliki makna sosial dan historis.
Kerajaan datang dan pergi, batas administratif terus berubah.
Dinamika di Timur Indonesia membentuk konjunctur yang berbeda-beda.
Panjang: perubahaan iklim
Menengah: sosial, kekerabatan
Pendek: politik, bupati berganti, dst.
Kita berhadapan dengan konjuntur yang berbeda-beda yang membentuk gugus kepulauan, menjadi sebuah kawasan.
Perspektif (Sumber)
Dari perspektif siapa dan apakah kita memandang Kawasan itu?
Bahan-bahan dari pelaut Portugis, VOC, traveler, geografer (Wallace), secara implisit melihat sejarah dan memaknai berdasarkan catatan orang-orang ini.
Kalau cara pandang kita sepenuhnya dibentuk oleh sumber-sumber dari Eropa, maka kita akan memaknai Kawasan itu dengan cara pandang tersebut.
Bagaimana kita menggali sumber sejarah lokal sebagai alternative dari sumber2 di atas? Banyak diantara mereka yang tidak tertulis.
Kawasan Timur Indonesia penuh dengan material sejarah seperti ini, dan belum banyak digali dalam bentuk tarian, dongeng, dsb.
Material
Alfred Wallace adalah seorang ahli botani, geografer. Ia mencatat perbedaan signifikan antara flora dan fauna antara Barat dan Timur, dari situ ia membuat garis Wallace. Kenapa fauna dan floranya berbeda? Yang sebetulnya dekat?
Konjuntur Panjang bisa menjelaskan perbedaan ini. Jaman es, permukaan air laut rendah. 100m lebih rendah dari skrg. Sunda Shelves, paparan Sahul. Tidak ada berbedaan signifikan. Yang menarik adalah Sulawesi, NTT, Lombok, Maluku, adalah satu unit tersendiri, tidak masuk Sunda tidak masuk Sahul. Garis Wallace membelah selat Makassar dan Lombok. Ini membentuk Kawasan tersendiri (15 ribu tahun lalu) secara biogeografi ada perbedaan yang menonjol. Manusia datang ke Kawasan ini selama 50 ribu tahun lalu. 2000 tahun sebelum mahesi, migrasi besar-besaran. Kita bukan keturunan Pitekantropis, tapi homo sapiens dalam periode setelah berakhirnya jaman es.
Konjuntur Menengah. Ilmu kita mesti lintas-disiplin, untuk memahami bagaimana satuan masyarakat kita terbentuk dalam periode tersebut. Ada banyak karakteristik yang dibentuk dalam periode awal ini. Mereka membuat sistem sosial, mengembangkan nilai untuk survive sebagai komunitas, dan nilai ini ditanamkan dari satu generasi ke generasi lain, dan membentuk perilaku yang kita sebut kebudayaan. Hasil interaksi antara manusia dan ruang biogeografi tadi itu. Di wilayah Kawasan timur Indonesia, pulau2 diantarai oleh laut. Atau istilahnya AB LAPIAN, laut yang utama dan ditaburi oleh pulau-pulau. Geografi sejarah, interaksi yang muncul dalam masyarakat seperti ini sangat ditentukan oleh teknologi transportasinya. Dalam hal ini, teknologi pelayarannya. Geografi Padewakkang akan berbeda dengan geografi kapal uap: jenis orang, rute, kecepatan, dsb. Transportasi berkontribusi besar terhadap pembentukan imajinasi tentang Kawasan. Sulawesi dan Maluku dari waktu ke waktu mengalami perubahaan. Hubungan cukup intim dalam jumlah yang banyak (karena tidak ada yang berkuasa secara absolut), relatif demokratis, negosiasi. Nanti ketika muncul kerajaan yang cukup besar, ini mengalami perubahan. Ketika kapal modern masuk, daerah seperti Obi, Bacan, pelabuhan2 yang tadinya merupakan pusat2 kekuasaan mandiri berubah menjadi pusat2 kota yang kita kenal sekarang.
Konjuntur Pendek. Sejarah Sulawesi dalam ribuan tahun dari masa ke masa, titik2 perubahan kecil sejak muncul kerajaan2 besar. Dinamika konjunctur politik, grafiknya sangat cepat. Kita dihadapi pada persoalan tersebut sekarang.
Kita merujuk pada Kawasan timur berdasarkan konjuntur yang mana?
Sebab ini sangat mempengaruhi imajinasi sosial kita tentang Kawasan Timur.
Dalam 100 tahun terakhir, 1938 pemerintah colonial membuat Kawasan ini sebagai satu unit (Timur Raya), Negara Indonesia Timur (Ibukota Makassar). Setelah merdeka, Kawasan ini mengalami transformasi dari yang sangat kosmopolitan, tempat mengungsi orang-orang yang kalah perang. Kerajaan Makassar. Renaisans Nusantara (Karaeng Pattingalloang). Mengapa satuan2 yang sangat cosmopolitan ini menjadi relative tertutup sekarang? Berpendapatan rendah, indeks pembangunan manusia nya jg rendah? Kenapa dalam lintasan seperti ini terjadi? Di Ternate dulu (abad ke-16) punya perwakilan dagang dari Italy. Orang Eropa lebih memilih datang ke Kawasan ini ketimbang Sumatra. Pertanyaan ini penting untuk menjawab masa depan Kawasan ini? Seringkali kita terjebak retorika dengan pembangunan Kawasan. Jika aspek2 ini diabaikan, kita tidak akan mencapai jawaban yang komprehensif tentang Kawasan tersebut.
Sebagai penutup, kita berada dikeadaan yang sangat khusus. Gejala dan wabah yang mungkin akan mengubah tatanan kehidupan kita yang agak mendasar? Apakah ini kea rah yang lebih baik dan buruk akan bergantung pada diri kita. Pemahaman mengenai sejarah akan sangat membantu memberi kita rujukan ke arah lebih baik.
Pertanyaan-Pertanyaan
- Bagaimanakah kita memahami Kawasan?
- Bacaan-bacaan seperti apakah yang kita butuhkan untuk memahami sejarah Kawasan ini?
- Ketokohan Karaeng Pattingalloang sangat minim apresiasi di Makassar.
- Sejarah Sulawesi Selatan, saya melihat ada kecenderungan bahwa perubahan besar- besaran yang terjadi dalam konjuntur menengah, intensitas pelayaran semakin tinggi dan itu disebabkan oleh perburuan komoditas. Begitu banyak perusahaan yang muncul. Dipicu oleh rempah-rempah. Pada abad-abad selanjutnya membuat kota-kota muncul, abad ke-16, dipicu juga oleh perdagangan rempah-rempah. Memimdahkan istana dari pedalaman ke pantai. Kecenderungan ini sepertinya terjadi juga di tempat lain. Ketika intensitas perdangangan komoditas menjadi semakin ramai, semisal teripang dan sarang burung wallet. Di Indonesia Timur, masyarakat anarko dalam kelompok2 kecil tidak ada hierarki, dan karena adanya perdagangan komoditas internasional memunculkan kekuasaan besar dan kota-kota dan membuat munculnya hierarki antar wilayah. Tergantung pelabuhan mana yang paling ramai. Kondisi geografis menguntungkan kerajaan Gowa. Konjunctur menengah ini juga dipengaruhi oleh kapitalisme dan perdagangan komoditas.
- Seperti apa imajinasi kita tentang Kawasan Timur ke depan?
Jawaban
Kawasan bukan sesuatu yang objektif dan netral. Kawasan mesti melihat interaksi di dalam Kawasan itu sendiri. Ini akan menentukan langkah pembangunan yang berbeda. Apa yang ideal? Ada pembangunan yang besar yang menutupi yang kecil2, menjadi sekunder, dan tenggelam, dan menjadi tidak signifikan dalam kategori bappenas (tertinggal). Ini harusnya dibalik, melihat kekuatan yang ada di dalam unit2 yang kecil, maka pemahaman kita tentang Kawasan pun harus diubah, kita tidak bisa lagi bicara Kawasan secara abstrak. Apakah yang membentuk Kawasan ini sebagai Kawasan? Apakah masih ada hubungan yang kuat antara Sulawesi dan maluku, misalnya? Ada sentralisasi di titik-titik tertentu, yang membuat hubungan yang berdekatan itu menjadi tidak mungkin. Pemahaman geografi kita mesti berubah. Memeriksa kembali hubungan-hubungan yang ada di dalam unit-unit yang kecil tersebut. Kalau menegok sejarah perburuan komoditas itu, apakah kita akan meneruskan sejarah itu? Apakah tambang menjadi pusat penggerak ekonomi kita? Apakah tidak ada alternatif lain? Ada.
Siapa yang pertama kali melihat cengkeh dan pala melihat kedua hal itu sebagai komoditas yang penting? Yang mengembangkan itu adalah masyarakat kita. Pengetahuan tradisional adalah modal yang sangat kuat, bahkan hingga hari ini.
Pengetahuan tradisional kita menghadapi wabah ini berlimpah. Teman2 di IPB banyak mengeluarkan riset tentang hal itu.
Terakhir soal sumber, seberapa bisakah sejarah lisan diandalkan? Berpindah dari generasi ke generasi, tahun bisa salah, dsb. Bagaiamana caranya kita memeriksa validasinya? Kritik sumber: dokumen apapun mesti kita ragukan terlebih dahulu. Banyak diantaranya adalah catatan dari keterangan lisan. Lisan dan tulisan sama2 tidak dapat diandalkannya. Tapi ada informasi yang bisa kita dapatkan dari setiap sumber. Lintas disiplin sangat-sangat penting dalam hal ini. Nyanyian, tarian sebagai sumber sejarah. Bagaimanapun, semua itu adalah ekpsresi pengetahuan dalam suatu kelompok masyarakat. Perlu keahlian, ketekunan, untuk memahami mana yang berguna dan mana yang tidak. Sejarah lisan dari warga sebetulnya sangat penting. Sebelum kita menentukan baik atau tidak, catat terlebih dahulu.
Pertanyaan dan Tanggapan
6. Konjuntur yang membentuk Papua dan Maluku dalam unit kecil itu pun berbeda-beda. Kita terbentuk konjuntur dari sejarah politik dan belakangan menjadi Kawasan tersebut. Kata Maluku itu dari Ternate dan Kawasannya, bukan Ambon. Kawasan dibagi berdasarkan alasan politik. Dari konjuntur2 yang ada, belakangan sudah membentuk Kawasan timur dari segi administratif. Kenapa Kawasan ini hanya dibayangkan dari segi politisnya saja?
7. Mengenai pembatasan kawasan, kadang karakter masyarakat di beberapa wilayah itu
berbeda, apakah ini ada hubungannya dengan faktor geografis suatu kawasan/wilayah ?
8. Demarkasi timur di Indonesia juga menarik karena ternyata demarkasi barat-timur juga
terjadi dalam pembagian wilayah kekuasaan militer Jepang masa perang pasifik; barat
diduduki Army, timur dikuasai Navy.
9. Teori anthropocene mengatakan bahwa, kebertahanan terhadap perubahan iklim adalah
kembali ke tradisi dan kearifan lokal. Berarti termasuk menggali kembali pengetahuan
jaman dulu. Berarti gitu ya, pak? Salam kenal teman-teman. Kebetulan tahun ini, jika
bumi membaik, dari bulan Juni proyek kami, Arka Kinari akan menyisir Indonesia Timur.
Semoga kita bisa ketemu.
Jawaban
Apakah memori tubuh kita imun terhadap virus atau tidak, yang bisa membaca susunan organisme yang ada di dalam tubuh kita. Dalam hubungannya dengan kebudayaan, apakah itu juga bisa direkam? Bagaimana karakteristik kebudayaan mempengaruhi sistem imun tubuh kita? Pasti ada stereotype yang muncul, tapi itu tidak bersifat mutlak, meski kadang relasi nya ada.
Studi mengenai sejarah ketimpangan wilayah itu penting. Konstruksi politik, Sulawesi sebagai satu kesatuan, tapi apakah masyarakat yang tinggal di pulau itu terikat satu sama lain? Misalnya, orang Muna lebih dekat dengan orang Maluku ketimbang Gorontalo. Itu berlaku untuk semua. Ketika berbicara Kawasan, yang mau kita persatukan itu apanya? Tidak ada alamiah di sini. Tinggal di satu pulau tidak serta merta memiliki ikatan yang kuat. Indonesia adalah produk dari imajinasi politik. Di level yang lebih konkrit, Indonesia adalah produk perkembangan imajinasi politik yang mesti diperbaharui terus menerus. Apa sih basis dari imajinasi politik kita ini? Sebagian lari ke etnisitas. Sebagaian lari ke agama. Basisnya adalah dominasi, bukan kekerabatan.
Iklim kita, ditentukan oleh manusianya, di mana perubahan panas bumi ditentukan oleh manusia, bukan dari alam itu sendiri. Naik saja 2 derajat dari sekarang, kita akan mendapatkan problem yang serius. Riset terbaru menunjukkan banyak polusi yang menghilang karena manusianya tidak bergerak. Ada banyak yang kita pelajari dari konjuncture virus ini. Salah satunya karena perubahaan lingkungan, yang salah satunya disebabkan oleh kecerobohan kita juga yang tidak mawas terhadap kelestarian lingkungan.
Dicatat oleh Harry Isra dari London, Inggris.